Telah berpulang lagi, salah satu Tokoh Indonesia yang dikenal sebagai "maestro keroncong Indonesia", beliau adalah Gesang Martohartono yang telah meninggal dunia di RS PKU Muhammadiyah Solo, Kamis (20/5/2010) pukul 18.00. Sejak tahun 2007, Gesang dirawat di rumah sakit PKU Solo dan menjalani operasi prostat. Di Januari 2010, Gesang masuk rumah sakit kembali, tak lama kemudian Gesang pulang.Selanjutnya, Gesang masuk rumah sakit Rabu 13 Mei karena gangguan pernafasan dan infeksi kandungan kemih. Minggu, 16 Mei Gesang masuk ICU RSU Solo karena mengalami penurunan tekanan darah. Selasa, 18 Mei Gesang digosipkan meninggal dunia, akan tetapi kabar tersebut ternyata salah. Berikut Biografi Gesang
Pemilik nama kecil Sutardi ini dilahirkan di Kampung Kemlayan, Surakarta, Jawa Tengah 1 Oktober 1917 ini adalah seorang penyanyi dan pencipta lagu asal Indonesia. Gesang lahir dari pasangan pengusaha batik Martodiharjo dari perkawinan istri keduanya. Gesang merupakan anak dari sepuluh orang bersaudara, beliau terkenal lewat lagu Bengawan Solo ciptaannya, yang terkenal di Asia, terutama di Indonesia dan Jepang. Lagu 'Bengawan Solo' ciptaannya telah diterjemahkan kedalam, setidaknya, 13 bahasa (termasuk bahasa Inggris, bahasa Tionghoa, dan bahasa Jepang)
Lagu ini diciptakan pada tahun 1940, ketika ia beusia 23 tahun. Gesang muda ketika itu sedang duduk di tepi Bengawan Solo, ia yang selalu kagum dengan sungai tersebut, terinspirasi untuk menciptakan sebuah lagu. Proses penciptaan lagu ini memakan waktu sekitar 6 bulan.
Lagu Bengawan Solo juga memiliki popularitas tersendiri di luar negeri, terutama di Jepang. Bengawan Solo sempat digunakan dalam salah satu film layar lebar Jepang.
Lirik Lagu Bengawan Solo
Bengawan Solo
Riwayatmu ini
Sedari dulu jadi...
Perhatian insani
Musim kemarau
Tak seberapa airmu
Dimusim hujan air..
Meluap sampai jauh
Mata airmu dari Solo
Terkurung gunung seribu
Air meluap sampai jauh
Dan akhirnya ke laut
Itu perahu
Riwayatnya dulu
Kaum pedagang selalu...
Naik itu perahu
Setahun setelah menciptakan Bengawan Solo, Gesang memutuskan untuk menikah dengan seorang wanita bernama Waliyah. Setelah 22 tahun tak berumah tangga, di tahun 1963 mereka bercerai. Waliyah tak memberikan Gesang keturunan dan setelah itu Gesang memilih untuk hidup sendiri.
Gesang tinggal di di Jalan Bedoyo Nomor 5 Kelurahan Kemlayan, Serengan, Solo bersama keponakan dan keluarganya, setelah sebelumnya tinggal di rumahnya Perumnas Palur pemberian Walikota Surakarta tahun 1984 selama 20 tahun.
Gesang pada awalnya bukanlah seorang pencipta lagu. Dulu, ia hanya seorang penyanyi lagu-lagu keroncong untuk acara dan pesta kecil-kecilan saja di kota Solo. Ia juga pernah menciptakan beberapa lagu, seperti; Keroncong Roda Dunia, Keroncong si Piatu, dan Sapu Tangan, pada masa perang dunia II. Sayangnya, ketiga lagu ini kurang mendapat sambutan dari masyarakat.
Berkat booming-nya lagu Bengawan Solo di tahun 1963, Gesang dikenal sebagai seniman besar sehingga dia diajak melakukan kunjungan ke Republik Rakyat Cina dan Korea Utara bersama misi kesenian Indonesia.
Kemudian di tahun 1971, untuk mengenang jasa seniman besar, sejumlah kelompok artis safari yang bernaung di bawah Partai Golkar membuat sebuah pertunjukan bertema "Malam Bing Slamet dan Gesang" di Taman Ismail Marzuki.
Karena jasa-jasanya, Pemda Sala mengangkat Gesang sebagai Warga Kota Teladan kelas II yang ditandatangani Wali Kota saat itu Kusnandar. Tidak hanya di situ, Gesang juga mendapat penghargaan atas keputusan presiden dan keputusan menteri. Dia juga menerima lencana, piagam, dan uang tabanas sebesar Rp25 ribu.
Sebagai bentuk penghargaan atas jasanya terhadap perkembangan musik keroncong, pada tahun 1983 Jepang mendirikan Taman Gesang di dekat Bengawan Solo. Pengelolaan taman ini didanai oleh Dana Gesang, sebuah lembaga yang didirikan untuk Gesang di Jepang.
Kemudian Gesang mengeluarkan album rekaman bertajuk Keroncong Asli Gesang yang diproduksi PT Gema Nada Pertiwi (GMP) Jakarta di tahun 2002. Setahun kemudian, Gesang mendapat anugerah Permata Award dari Bank Permata sebagai tokoh yang mempunyai kontribusi besar terhadap profesi yang ditekuninya.
PERJALANAN KARIER:
Pekerjaan :
- Pemain orkes keroncong
- Penyanyi
- Pencipta Lagu
- Membantu perusahaan batik orang tua (1935-1941)
- Pengusaha Warung (1941-1945)
KARYA Lagu/musik :
- Keroncong Tembok Besar
- Keroncong Piatu (1938)
- Keroncong Roda dunia (1939)
- Bengawan Solo (1940)
- Saputangan (1941)
- Tirtonadi (1942)
- Keroncong Pemuda Dewasa (1942)
- Dunia Berdamai (1942)
- Jembatan Merah (1943)
- Dongengan jawa (1950)
- Sebelum Aku Mati (1962)
- Keroncong Bumi Emas Tanah Airku (1963)
- Langgam Luntur (1970)
- Caping Gunung (1975)
- Seto Ohasi (diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang (1988)
PENGHARGAAN :
- Piagam dari Komando Wilayah Pertahanan (Kowilhan) II (1976)
- Piagam Hadiah Seni 1977 dari Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI (Mendikbud) (1977)
- Penghargaan TVRI stasiun Yogyakarta (1978)
- Piagam Penghargaan dari OISCA International Indonesia (1978)
- Hadiah rumah Perumnas Palur dari Gubernur Jawa Tengah (1979)
- Penghargaan PWI HUT XXXIX dan HUT VI Museum Pers Nasional (1985)
- Penghargaan Walikota Surakarta, Dalam rangka Fespic Games IV (1986)
- Bintang penghargaan dari Kaisar Akihito, Jepang (1992)
- Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden RI (1992)
- The Legend dalam Anugerah Musik Indonesia (AMI) Samsung Award (2004)
- Special Achievement For A Lifetime dalam acara 1st Bali Music Award (2005)
Pemilik nama kecil Sutardi ini dilahirkan di Kampung Kemlayan, Surakarta, Jawa Tengah 1 Oktober 1917 ini adalah seorang penyanyi dan pencipta lagu asal Indonesia. Gesang lahir dari pasangan pengusaha batik Martodiharjo dari perkawinan istri keduanya. Gesang merupakan anak dari sepuluh orang bersaudara, beliau terkenal lewat lagu Bengawan Solo ciptaannya, yang terkenal di Asia, terutama di Indonesia dan Jepang. Lagu 'Bengawan Solo' ciptaannya telah diterjemahkan kedalam, setidaknya, 13 bahasa (termasuk bahasa Inggris, bahasa Tionghoa, dan bahasa Jepang)
Lagu ini diciptakan pada tahun 1940, ketika ia beusia 23 tahun. Gesang muda ketika itu sedang duduk di tepi Bengawan Solo, ia yang selalu kagum dengan sungai tersebut, terinspirasi untuk menciptakan sebuah lagu. Proses penciptaan lagu ini memakan waktu sekitar 6 bulan.
Lagu Bengawan Solo juga memiliki popularitas tersendiri di luar negeri, terutama di Jepang. Bengawan Solo sempat digunakan dalam salah satu film layar lebar Jepang.
Lirik Lagu Bengawan Solo
Bengawan Solo
Riwayatmu ini
Sedari dulu jadi...
Perhatian insani
Musim kemarau
Tak seberapa airmu
Dimusim hujan air..
Meluap sampai jauh
Mata airmu dari Solo
Terkurung gunung seribu
Air meluap sampai jauh
Dan akhirnya ke laut
Itu perahu
Riwayatnya dulu
Kaum pedagang selalu...
Naik itu perahu
Setahun setelah menciptakan Bengawan Solo, Gesang memutuskan untuk menikah dengan seorang wanita bernama Waliyah. Setelah 22 tahun tak berumah tangga, di tahun 1963 mereka bercerai. Waliyah tak memberikan Gesang keturunan dan setelah itu Gesang memilih untuk hidup sendiri.
Gesang tinggal di di Jalan Bedoyo Nomor 5 Kelurahan Kemlayan, Serengan, Solo bersama keponakan dan keluarganya, setelah sebelumnya tinggal di rumahnya Perumnas Palur pemberian Walikota Surakarta tahun 1984 selama 20 tahun.
Gesang pada awalnya bukanlah seorang pencipta lagu. Dulu, ia hanya seorang penyanyi lagu-lagu keroncong untuk acara dan pesta kecil-kecilan saja di kota Solo. Ia juga pernah menciptakan beberapa lagu, seperti; Keroncong Roda Dunia, Keroncong si Piatu, dan Sapu Tangan, pada masa perang dunia II. Sayangnya, ketiga lagu ini kurang mendapat sambutan dari masyarakat.
Berkat booming-nya lagu Bengawan Solo di tahun 1963, Gesang dikenal sebagai seniman besar sehingga dia diajak melakukan kunjungan ke Republik Rakyat Cina dan Korea Utara bersama misi kesenian Indonesia.
Kemudian di tahun 1971, untuk mengenang jasa seniman besar, sejumlah kelompok artis safari yang bernaung di bawah Partai Golkar membuat sebuah pertunjukan bertema "Malam Bing Slamet dan Gesang" di Taman Ismail Marzuki.
Karena jasa-jasanya, Pemda Sala mengangkat Gesang sebagai Warga Kota Teladan kelas II yang ditandatangani Wali Kota saat itu Kusnandar. Tidak hanya di situ, Gesang juga mendapat penghargaan atas keputusan presiden dan keputusan menteri. Dia juga menerima lencana, piagam, dan uang tabanas sebesar Rp25 ribu.
Sebagai bentuk penghargaan atas jasanya terhadap perkembangan musik keroncong, pada tahun 1983 Jepang mendirikan Taman Gesang di dekat Bengawan Solo. Pengelolaan taman ini didanai oleh Dana Gesang, sebuah lembaga yang didirikan untuk Gesang di Jepang.
Kemudian Gesang mengeluarkan album rekaman bertajuk Keroncong Asli Gesang yang diproduksi PT Gema Nada Pertiwi (GMP) Jakarta di tahun 2002. Setahun kemudian, Gesang mendapat anugerah Permata Award dari Bank Permata sebagai tokoh yang mempunyai kontribusi besar terhadap profesi yang ditekuninya.
PERJALANAN KARIER:
Pekerjaan :
- Pemain orkes keroncong
- Penyanyi
- Pencipta Lagu
- Membantu perusahaan batik orang tua (1935-1941)
- Pengusaha Warung (1941-1945)
KARYA Lagu/musik :
- Keroncong Tembok Besar
- Keroncong Piatu (1938)
- Keroncong Roda dunia (1939)
- Bengawan Solo (1940)
- Saputangan (1941)
- Tirtonadi (1942)
- Keroncong Pemuda Dewasa (1942)
- Dunia Berdamai (1942)
- Jembatan Merah (1943)
- Dongengan jawa (1950)
- Sebelum Aku Mati (1962)
- Keroncong Bumi Emas Tanah Airku (1963)
- Langgam Luntur (1970)
- Caping Gunung (1975)
- Seto Ohasi (diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang (1988)
PENGHARGAAN :
- Piagam dari Komando Wilayah Pertahanan (Kowilhan) II (1976)
- Piagam Hadiah Seni 1977 dari Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI (Mendikbud) (1977)
- Penghargaan TVRI stasiun Yogyakarta (1978)
- Piagam Penghargaan dari OISCA International Indonesia (1978)
- Hadiah rumah Perumnas Palur dari Gubernur Jawa Tengah (1979)
- Penghargaan PWI HUT XXXIX dan HUT VI Museum Pers Nasional (1985)
- Penghargaan Walikota Surakarta, Dalam rangka Fespic Games IV (1986)
- Bintang penghargaan dari Kaisar Akihito, Jepang (1992)
- Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden RI (1992)
- The Legend dalam Anugerah Musik Indonesia (AMI) Samsung Award (2004)
- Special Achievement For A Lifetime dalam acara 1st Bali Music Award (2005)
0 komentar:
Posting Komentar